Santi Rosmala

main image

Ketika angka tujuh belas menjadi sebuah momen penting dalam kehidupan.
Peralihan fase menuju tingkat kedewasaan berpikir, dan juga kedewasaan iman.

Saat kamu mengerti bahwa tidak ada perayaan ulangtahun, seperti apa yang sudah kita mulai pahami.
Kamu hanya minta cake dan angka tujuh belas itu sebagai tanda, bahwa inilah titik awal menuju sebuah langkah pendewasaan.

Tak ada prosa yang indah tertuliskan, tak ada diksi mengharu biru yang terucapkan.

Hanya doa yang mengalun syahdu mengiringi setiap langkahmu, Nak.
Semoga Allah Ta'ala menjagamu, membekalimu dengan takwa.
Dan menjadikanmu sebagai kekuatanku. Dear qurrota a'yunku, shalihaku ?

Ah, engkaulah sumber dari segala kekuatanku.

Tujuh belas tahun usiamu kini. Menguatlah bersamaku, tetaplah menjadi kebanggaan yang selalu kumintakan pada pemilikmu.

Apalagi yang kuharapkan dalam hidup ini, selain bisa mendampingimu. Aku adalah jiwamu, dan tentu saja kamu adalah jiwaku.

Bahkan, di setiap hembusan napasku. Dalam aliran darah ini mengalir candu, akan cinta yang tak pernah letih menebar benih-benih rindu. Cinta yang menautkan hati dalam dimensi ruang dan waktu.

Untukmu, gadis pujaan yang selalu menawan hati. Bertumbuhlah menjadi sebaik-baik perhiasan dunia yang dicemburui para bidadari syurga.


Penulis
Santi Rosmala
Santi Rosmala

Santi Rosmala

© All rights reserved @cso