Santi Rosmala

main image

Bismillah.

Buku Tazkiyatun Nafs adalah sebuah konsep penyucian jiwa, sebagai kebutuhan rohani berupa pengajaran din (Islam), tarbiyah dan tazkiyah bagi jiwa. Orientasi manusia saat ini yang lebih mengedepankan materi, ternyata tidak dapat menjamin kebahagiaan hidup. Fakta telah berbicara bahwa kegalauan hidup, dan kekeringan jiwa menjadi fenomena yang menjamur dimana-mana.

Buku ini merupakan terjemahan karya Dr. Ahmad Farid, yang berjudul Tazkiya an-Nafs wa Tarbiyatuha kama Yuqorriruhu 'Ulama as-Salaf. Isinya sangat menyentuh hati, berupa nukilan dari dalil-dalil yang jelas, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits dan diperkuat dengan perkataan ulama salaf.

Semoga review dari buku Tazkiyatun Nafs ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya pada hari dimana harta dan anak tidak lagi bermanfaat, kecuali siapa yang datang kepada Allah Ta'ala dengan hati yang sehat. Karena milik Allah-lah segala puji dan anugerah, Dia pelindung kita dan kepada-Nya kita akan kembali.

Buku ini ibarat seteguk bening zam-zam di tengah terik panas Sahara, bekal yang sangat berharga agar tak tertipu nikmat fatamorgana dunia. Jiwa yang kering dan kosong dapat kembali menyemai segar, dibasuh oleh ilmu yang Insya Allah mampu memelihara hati agar tetap sehat dan selamat, sehingga membawa kebahagiaan bagi pemiliknya, kelak, di hari pertemuan dengan Rabbul 'Alamin.Mari kita bedah isi buku yang sangat mudah untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar untuk ikhlas dalam menyikapi setiap ketetapan Allah, meski sulit untuk diamalkan tapi bisa diupayakan dengan mengusahakan agar hati selalu terfokus kepada akhirat.

Niatkan segalanya hanya untuk mendapat keridhoan Allah Ta'ala saja. Sebagaimana Yahya bin Abu Katsir berkata, "Pelajarilah niat! Sesungguhnya niat itu lebih dapat menyampaikan kepilmuada tujuan daripada amal." Dengan niat yang baik, in syaa Allah semuanya akan kembali menjadi sebuah kebaikan.

Ilmu yang bermanfaat,yaitu ilmu bathin yang dapat memperbaiki dan meluruskan hati. Dengan menempuh jalan ilmu, ia akan sampai kepada Allah Ta'ala dan kepada surga dari jalan yang paling dekat. Barangsiapa yang dikehendaki kebaikannya oleh Allah, Dia akan memahamkannya tentang perkara agama.

Peran hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi para prajuritnya. Hati terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu hati yang sehat, hati yang sakit dan hati yang mati. Untuk itu, diperlukan nutrisi yang dapat menghidupkan hati. Salah satunya adalah dengan dzikir, karena dzikir merupakan makanan pokok bagi hati dan ruh. Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam bersabda, "Pastikan lisanmu selalu basah dengan dzikrullah!" Dengan begitu, hati kita akan tetap tertuju hanya untuk mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya dilakukan karena Allah.

Setelah hati kita bersih, maka zuhud adalah bentuk amalan hati dan penghambaan diri berikutnya. Zuhud adalah berpalingnya keinginan terhdap sesuatu kepada sesuatu yang lebih baik darinya. Hendaknya kita lebih yakin dan percaya kepada apa yang ada di tangan Allah Ta'ala daripada apa yang ada di tanganmu sendiri.

Nafsu adalah faktor yang menghalangi hati untuk sampai kepada Allah Ta'ala. Akhir dari perjalanan orang yang mencari Allah, adalah ketika mereka telah berhasil menundukan nafsunya. Allah Ta'ala berfirman, "Adapun orang yang durhaka, lagi mengutamakan kehidupan dunia. Maka, neraka Jahimlah tempat tinggalnya. Sedangkan, orang yang takut akan kebesaran Rabbnya, lagi menahan diri dari hawa nafsunya. Maka, surgalah tempat tinggalnya." (An-Nazi'at : 37 - 41).

Metode untuk mengatasi kekuasaan nafsu amarah atas hati seorang mukmin adalah dengan selalu mengintrospeksi dan menyelisihinya yaitu dengan muhasabah. Dengan bermuhasabah kita bisa mengetahui aib diri sendiri, kemudian berikhtiar memperbaikinya. Serta membebaskannya dari ujub dan riya, juga membuka pintu ketundukan, penghinaan diri, kepasrahan dihadapan-Nya.

Setelah bermuhasabah lanjut dengan tawakal yang merupakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta'ala, untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemdlaratan, menyangkut urusan dunia ataupun akhirat. Tawakal itu keseluruhan iman, Allah memerintahkan untuk berikhtiar sekaligus bertawakal. Berusaha dengan anggota badan sebagi bentuk ketaatan kepada Allah Ta'ala, dan bertawakal dengan hati sebagai manifestasi iman kepada-Nya.

Mahabbah, yaitu kecintaan kepada Allah yang merupakan tujuan akhir dan derajat tertinggi. Cinta yang paling bermanfaat, yang paling wajib, yang paling tinggi, dan yang paling mulia adalah cinta kepada Dzat yang telah menjadikan hati cinta kepada-Nya dan menjadikan seluruh mahluk memiliki fitrah untuk mengesakan-Nya.

Mereka yang ridha adalah yang dapat menghayati hikmah dan kebaikan Dzat yang mendatangkan ujian. Mereka tidak berburuk sangka kepadaNya. Sebagian ulama berkata, "Di akhirat nanti, tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh orang-orang yang ridha kepada Allah Ta'ala dalam segala situasi. Maka, barangsiapa dianugerahi ridha, sungguh ia telah mendapatkan derajat paling utama.

Memiliki hati yang selalu berpengharapan kepada Allah atau raja' niscaya merasakan ketenangan dan senangnya hati karena menunggu sesuatu yang disukai atau dicintai. Siapa saja yang raja'-nya menuntunya menuju ketaatan, mencegahnya dari kemaksiatan, maka raja'-nya sudah benar.

Takut pada Allah atau khauf merupakan cambuk Allah untuk menggiring hamba-hambaNya menuju ilmu dan amal agar mereka mendapatkan kedekatan kepadaNya. Khauf kepada Allah Ta'ala bisa lahir dari ma'rifah (pengetahuan) kepada Allah Ta'ala dan ma'rifah terhadap sifat-sifatNya.

Bab taubat adalah bab terakhir dari buku ini, taubat dari segala dosa, taubat kembali kepada Yang Maha Menutupi aib dan Yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib, adalah awal jalan para penempuh. Taubat memiliki tiga syarat, yaitu penyesalan, berhenti dari dosa, dan azam/bertekad untuk tidak mengulanginya.

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya. "Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam. Maha suci Engkau ya Allah, dan Maha Terpuji. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau. Aku memohon ampunan dan bertaubat kepadaMu."


Penulis
Santi Rosmala
Santi Rosmala

Santi Rosmala

© All rights reserved @cso