Santi Rosmala

main image

Bismillah

"Mau jadi pedagang atau pebisnis?" kalimat itu meluncur mulus dari pertanyaan seorang mentor bisnis saya. Dulu, saat memulai bangkit lagi dari usaha yang kurintis tanpa ilmu bisnis dan terjungkir seiring perekonomian yang semakin melemah, tepatnya akhir tahun 2014 silam.

Bicara soal bisnis, banyak orang gagal paham dengan sebutan pebisnis. Bukankah pedagang dan pebisnis sama-sama bisa menghasilkan dan mendatangkan keuntungan? Bisnis ya dagang, dagang ya bisnis.

Padahal, antara pedagang dengan pebisnis itu jelas sekali perbedaanya.

Di mana seorang pedagang hanya menjual barang dagangan atau usaha tanpa adanya sistem yang terarah. Meskipun, usahanya besar dengan omset bulanan yang besar pula. Berdagang sifatnya hanya mencari untung segera dengan cara instan dan temporal sekali. Pedagang menginvestasikan uangnya dengan jangka pendek, sehinggan perputaran uangnya sangat cepat.

Sedangkan, pebisnis memiliki sistem yang jelas dengan perencanaan bisnis yang dibuat. Visi misi jauh ke depan yang dibangun untuk terus berinovasi dan melakukan strategi pasar. Kekuatan mental sangat diperlukan oleh pebisnis untuk mencapai sebuah tujuan. Menikmati setiap prosesnya dengan mempebaharui sistem, melakukan evaluasi hingga menemukan pola yang tepat untuk mejalankan bisnisnya adalah sebuah tindakan yang wajib dimiliki.

Pedagang biasanya melakukan usahanya sendirian, atau dengan karyawan yang membantunya. Sementara pebisnis memiliki tim untuk membantu mengembangkan usaha dan mendelegasikannya.

Lalu, sistem manajemen yang diterapkan sesuai dengan struktur organisasi. Selain itu, pebisnis menyadarai bahwa usahanya harus berbadan hukum. Job deskripsi, SOP, KPI juga merupakan bagian dalam aktivitas bisnis yang tersistem.

Well, itulah sekilas tentang bedanya pedagang dan pebisnis yang sedikit sekali saya ketahui. CMIIW, ya atas ketidakpahaman saya.

Dan ini adalah tentang bisnis sebagai wasilah atau jalan. Jalan untuk apa? kemana? Sstt, bukan jalan untuk menghabiskan uang dengan foya-foya ya pastinya, hehe.

Bisnis yang sehat adalah yang mengawalinya dengan tujuan Lillah, karena Allah Ta'ala semata. Membangun bisnis dengan sebuah pencapaian yang mulia, yaitu agar bisa bermanfaat bagi ummat. Jadi, bisnis itu bukan hanya untuk mencari uang semata, mengumpulkan harta kekayaan dan juga enggan berderma. Tapi, supaya bisa bersedekah lebih banyak, lebih sering, lebih tak terukur.

Apakah cukup hanya dengan bersedekah?

Tentu saja tidak, berbisnis untuk membantu menebar manfaat pastinya. Contohnya, usaha fashion yang membutuhkan bebrapa orang penjahit. Karyawan yang diperbantukan, dan juga tim penjualan dari kalangan ibu rumah tangga yang pastinya bisa berpenghasilan untuk membantu keuangan keluarga.

Untuk itulah, berbisnis erat kaitannya dengan ibadah. Marketing langit dan marketing bumi yang harus tetap berjalan beriringan. Seperti dalam sebuah faidah hadits, "Kejarlah akhirat, niscaya dunia dan akhirat akan engkau dapat. Namun, jika tujuan hidupmu adalah mengejar dunia yang fana ini. Sungguh, dunia akan pergi menjauh darimu, dan kelak engkau di akhirat akan menjadi orang yang merugi."

Semoga kita mampu berbisnis dengan mengikuti cara yang disyariatkan. Sehingga, Allah pun ridho dan melimpahkan rezekinya melalui usaha kita dengan manfaat dan barokah yang bisa dirasakan oleh banyak orang. Maka, kesuksesan sejati akan menjadi milik kita. Allahumma aamiin.

Sanros

Jatihandap Atas, 240917.


Penulis
Santi Rosmala
Santi Rosmala

Santi Rosmala

© All rights reserved @cso