Santi Rosmala

main image

Aku terbangun saat mendengar suara mesin mobil masih menyala, tapi dalam keadaan diam terparkir di bahu jalan. Kubuka mata yang masih terpejam, untuk melihat keadaan sekitar. Ternyata, sudah sampai Ciamis. Di depan sana masih banyak anak muda nongkrong dengan sepeda motornya.

Waktu di dashboard mobil menunjukan pukul 24.23 wib. Aku berusaha untuk menyegarkan tubuhku dengan minum air mineral. Lalu kubangunkan suami agar bertukar posisi, dan kulanjutkan perjalanan ini dengan mengucap Basmallah.

Kunikmati perjalanan kali ini, dengan memacu laju kendaraan hampir 100 km/jam. Menemui jalanan berkelok dan memasuki hutan kecil, baru tersadar bahwa aku hanya sendirian. Kupelankan lajunya agar bisa menyusuri jalan lengang, dengan romantika nyanyian Maher Zein yang membersamaiku.

Hujan turun mengiringi sunyi dan gelapnya malam ini, tak ada rasa takut yang seperti biasanya kurasakan. Aku hanya yakin Allah sedang menyertai perjalananku.

Sepanjang jalan kupanjatkan doa, mengingat Kakak yang ditinggalkan di Bandung. Aku hanya bisa menitipkan kepada Pemiliknya, dan sebaik-baik penjagaan adalah dengan menyerahkan kepada sang Maha Pelindungnya.

Dzikir yang terus mengalir dan untaian doa yang tak putus, membuat suasana malam yang sepi, dalam safar disertai hujan. Membuat keyakinanku akan mustajabnya doa di waktu ini.

Aku ingat lagi orang-orang yang kupanggil dalam doaku, aku larut dalam lamunan mengenang wajah mereka. Sungguh, aku menikmati bagian di sepertiga malam ini dengan cara yang tak biasa. Jajaran pohon yang berderet di hutan kecil ini, jalanan yang meliuk seakan memahami keadaan hatiku.

Tak terasa, tiga jam sudah aku menyendiri dalam perjalanan malam ini. Mataku tak dapat lagi diajak kompromi, dan aku merapatkan mobil diantara parkiran mobil lain yang sedang beristirahat di sebuah pom bensin di daerah Cilacap.


Penulis
Santi Rosmala
Santi Rosmala

Santi Rosmala

© All rights reserved @cso